SEJARAH DESA BUDUR

Nama Budur tidak lepas dengan nama Ki Brajanata yang tidak pernah hidup menetap. Ki Brajanata senang hidup menggembara sesuka hati. Sampai datang di masanya Syekh Syarif Hidayatullah yaitu cucu Prabu Siliwangi. Ki Brajanata mulai menetap di Hutanyang beliau sebut dengan nama SURA, dinamakan sura sebab waktu pertama menetap di hutan tersebut bertepatan dengan bulan ke satu (bulan satu jawa disebut sura, dalam bulan islam disebut as-sura).

Ki Brajanata membuat gubug di tepi sumur yang ada kayu malangnya, sumur itu di jaman dahulu sebagai tempat mandi dan keperluannya para bidadari yang turun dari kahyangan sumur tersebut sekarang dikenal dengan sumur kayu walang. Ki Brajanata mendatangi sebuah tempat yang disebut langgar(mushola),  kemudian mendapati Syekh Syarif Hidayatullah yang sedang memberikan ceramah atau nasihat kepada rakyat Cirebon, membahas masalah syahadat sholawat. Para rakyat Cirebon bertanya kepada Syekh Syarif Hidayatullah "Kanjeng siapa sejatinya aki-aki gagah mau?" Syekh Syarif Hidayatullah menjawab : sejatinya aki-aki gagah itu insan BUDUR (lebih, Linuwih atau bahasa Arabnya Purnama yang menyinari).  Mulai saat itu rakyat Cirebon menyebutnya tempatnya Ki Brajanata dengan sebutan Budur.